Jumat, 30 November 2012

Gua Pindul



Gua Pindul
Desa Wisata Beji Harjo

Permasalahan yang diperoleh dari Gua Pindul :
1.     Kurangnya papan informasi.
2.     Adanya joki guide yang muncul tiba-tiba sehingga memberi kesan “mencurigakan”.
3.     Kurangnya Carrying capasity.
4.     Kurangnya tenaga kerja.
5.     Kekeliruan dalam memanfaatkan ODTW (memukul goa untuk atraksi).
6.     Persaingan yang tidak sehat (penyusup dan provokator dari ODTW desa sebelah).

Dari semua permasalahan dari atas, Sehingga dapat ditarik kesimpulan, yaitu :
Bagaimana peran dinas pariwisata dalam pengelolaan ODTW Gua Pindul ?


















Apakah obyek wisata Candi Plaosan sudah menerapkan prinsip-prinsip Sustainable Tourism ?


KATA PENGANTAR
            Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah tentang “Penerapan Prinsip-prinsip Sustainable Tourism di Obyek Wisata Candi Plaosan” ini tepat pada waktu yang telah ditentukan.
            Pada kesempatan ini saya ingin mengucapakan terima kasih kepada:
  1. Dosen pembimbing mata kuliah Pariwisata Berkelanjutan, Saryani atas bimbingannya selama kuliah berlangsung.
  2. Semua pihak yang telah ikut terlibat dalam penyusunan makalah ini.

Saya selaku penulis menyadari bahwa dalam menulis makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan, sehingga saya sangat mengharapkan segala saran dan kritik yang membangun agar dalam penyusunan makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi semua dan membantu dalam proses belajar mengajar.








Yogyakarta, 24 Oktober 2011



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I
1.      Latar Belakang...........................................................................................1
2.      Batasan Masalah.........................................................................................2
3.      Rumusan Masalah......................................................................................2
4.      Tujuan.........................................................................................................2

BAB II
1.      Landasan Teori........................................................................................3
2.      Deskripsi Obyek........................................................................................6
3.      Penerapan Sustainable Tourism di Candi Plaosan…………….………7


BAB III
KESIMPULAN.....................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

                Pariwisata merupakan salah satu sektor andalan pemerintah untuk memperoleh devisa dari penghasilan non migas. Sumbangan pariwisata bagi pembangunan nasional, selain menyumbangkan devisa bagi negara, pariwisata juga mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan nasional, yaitu: memperluas lapangan usaha, memperluas lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah, mendorong pelestarian dan pengembangan budaya bangsa, memperluas wawasan nusantara, mendorong perkembangan daerah, mendorong pelestarian lingkungan hidup, memperluas wawasan nusantara dan menumbuhkan rasa cinta tanah air (Karyono, 1997 : 89).

Pariwisata sangat berpengaruh terhadap perekonomian di Indonesia. Akibat perkembangan pariwisata, banyak tempat-tempat bersejarah menjadi suatu obyek wisata seperti Candi Plaosan. Dengan perubahan fungsi ini diharapkan meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitar Candi Plaosan. Melihat dampak yang diakibatkan dengan adanya perkembangan pariwisata secara menyeluruh dari aspek ekonomi pariwisata banyak memberikan nilai tambah yang berharga kepada masyarakat, sehingga perkembangan pariwisata dari aspek ekonomi secara riil banyak memberikan kemajuan kepada masyarakat, terutama dari peningkatan pendapatan dan perkembangan ekonomi lainnya. Pembangunan pariwisata JUGA harus mempertimbangkan pelestarian obyek wisata tersebut, agar tidak terjadi degradasi budaya, bergesernya budaya setempat dari yang alami menjadi serba instan dan juga kerusakan obyek wisata. Oleh sebab itu pemerintah harus mengajak para Stake Holder untuk bekerja sama dalam mengatasi ancaman tesebut.

B.     BATASAN MASALAH
Dalam makalah ini saya membatasi masalah pada penerapan prinsip-prinsip pengelolaan Sustainable Tourism di Candi Plaosan.


C.    RUMUSAN MASALAH
Apakah obyek wisata Candi Plaosan sudah menerapkan prinsip-prinsip Sustainable Tourism ?

D.    TUJUAN
Untuk menambah wawasan mengenai penerapan prinsip-prinsip Sustainable Tourism di obyek wisata Candi Plaosan.










BAB II
PEMBAHASAN

A.    LANDASAN TEORI

TEORI PARIWISATA

Spillane (1987:21) menyatakan: pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempatlain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencarikeseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial,budaya, alam, dan ilmu.Pariwisata berarti perpindahan orang yang bersifat sementara ke suatu daerah di luartempat tinggalnya dan tempat kerjanya sehari-hari, aktifitas yang berlangsung selama merekatinggal di tempat tujuan dan fasilitas yang dibuat untuk memenuhi kebutuhannya.Sedangkan jenis pariwisata ditentukan menurut motif tujuan perjalanan, sehingga pariwisatadapat digolongkan menjadi 6 jenis(Spillane,op.cit.p.28-31), yaitu:

1) Pariwisata untuk Menikmati Perjalanan (Pleasure Tourism)
Tujuan perjalanan ini adalah untuk berlibur, mencari udara segar, mengendorkan ketegangansyarafnya, melihat sesuatu yang baru, menikmati keindahan alam, mengetahui hikayat rakyatsetempat, mendapatkan ketenangan dan kedamaian di luar kota maupun menikmati hiburandi kota-kota besar.

2) Pariwisata untuk Rekreasi (Recreation Tourism)
Dilakukan oleh orang dengan tujuan untuk beristirahat, memulihkan kesegaran jasmani danrohaninya, yang biasanya mereka tinggal di daerah pantai, pegunungan, dan pusat-pusatperistirahatan atau kesehatan dan tinggal lebih lama.
                                                                               
3) Pariwisata untuk Kebudayaan (Cultural Tourism)
Tujuannya untuk belajar di pusat-pusat pengajaran dan riset, mempelajari adat-istiadat dan cara hidup negara lain, mengunjungi monumen dan peninggalan bersejarah, pusat-pusatkesenian, keagamaan, serta ikut dalam festival-festival seni musik, teater, tarian rakyat.

4) Pariwisata untuk Olah Raga (Sports Tourism). Jenis ini dibagi dua, yaitu:
Big SportsEvents, yaitu peristiwa olah raga besar seperti: Olympiade Game, dan kejuaraandunia lainnya. Sporting Tourism of the Practitioners, berupa latihan olah raga, berburu,memancing, mendaki gunung.

5) Pariwisata untuk Urusan Usaha Dagang (Business Tourism)
Jenis ini sering disebut sebagai Profesional Travel atau perjalanan yang ada kaiatannyadengan pekerjaan atau usaha dagang.

6) Pariwisata untuk Berkonvensi (Convention Tourism)
Tujuannya untuk mengikuti berbagai konvensi atau konferensi baik bersifat nasional maupunbertaraf internasional (MICE).









TEORI SUSTAINABLE TOURISM
“Pembangunan pariwisata harus didasarkan pada kriteria keberlanjutan yang artinya bahwa pembangunan dapat didukung secara ekologis dalam jangka panjang sekaligus layak secara ekonomi, adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat” (Piagam Pariwisata Berkelanjutan, 1995)
Pembangunan pariwisata berkelanjutan, seperti disebutkan dalam Piagam Pariwisata Berkelanjutan (1995) adalah pembangunan yang dapat didukung secara ekologis sekaligus layak secara ekonomi, juga adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat. Artinya, pembangunan berkelanjutan adalah upaya terpadu dan terorganisasi untuk mengembangkan kualitas hidup dengan cara mengatur penyediaan, pengembangan, pemanfaatan dan pemeliharaan sumber daya secara berkelanjutan.
Hal tersebut hanya dapat terlaksana dengan sistem penyelenggaraan kepemerintahan yang baik (good governance) yang melibatkan partisipasi aktif dan seimbang antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Dengan demikian, pembangunan berkelanjutan tidak saja terkait dengan isu-isu lingkungan, tetapi juga isu demokrasi, hak asasi manusia dan isu lain yang lebih luas. Tak dapat dipungkiri, hingga saat ini konsep pembangunan berkelanjutan tersebut dianggap sebagai ‘resep’ pembangunan terbaik, termasuk pembangunan pariwisata.
Pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dapat dikenali melalui prinsip-prinsipnya. Prinsip-prinsip tersebut antara lain: Partisipasi, Keikutsertaan para pelaku (stake holder), Kepemilikan lokal, Penggunaan sumber daya secara berkelanjutan, Mewadahi tujuan-tujuan masyarakat, Perhatian terhadap daya dukung, Monitor dan evaluasi, Akuntabilitas, Pelatihan, Promosi.




B.     DESKRIPSI OBYEK

Candi Plaosan adalah salah satu peninggalan bangunan bersejarah nenek moyang yang sangat berharga dan sangat unik. Candi Plaosan yang berada di daerah Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten terletak kira-kira satu kilometer ke arah timur-laut dari Candi Sewu atau Candi Prambanan. Adanya stupa, arca Buddha, serta candi-candi perwara (pendamping/kecil) yang berbentuk stupa menandakan bahwa candi-candi tersebut adalah candi Buddha. Akan tetapi meskipun Candi Plaosan adalah candi Buddha, tetapi gaya arsitekturnya merupakan perpaduan antara agama Buddha dan Hindu. Ini adalah salah satu keunikan yang dimiliki Candi Plaosan.
Candi Plaosan juga merupakan salah satu obyek wisata sejarah yang menarik dan patut dikunjungi. Dengan kondisi jalan yang masih baik serta kondisi udara yang sejuk, hamparan sawah yang terbentang luas, pemandangan alam yang indah dan juga lokasinya yang berdekatan dengan Candi Prambanan dan komplek Ratu Boko juga merupakan salah satu potensi yang dimiliki obyek wisata Candi Plaosan. Akan tetapi karena pengembangan pariwisata yang belum merata, pengelolaan dan pengembangan obyek wisata Candi Plaosan nampaknya sangat lamban jika dibandingkan dengan Candi Prambanan dan komplek Ratu Boko. Hal ini bisa dikarenakan Candi Plaosan juga masih dalam tahap penggalian beberapa stuktur pendukung Candi Plaosan lainnya. Seperti, berupa dinding parit dan pagar ketiga yang berlokasi di Dukuh Dengok Wetan, Desa Bugisan.




               


Penerapan Prinsip-prinsip Sustainable Tourism di Obyek Wisata Candi Plaosan

1. Partisipasi
Masyarakat sekitar Candi Plaosan tidak terlibat dalam menentukan visi pariwisata, mengidentifikasi sumber-sumber daya yang akan dipelihara dan ditingkatkan, serta tidak terlibat dalam mengembangkan tujuan-tujuan dan strategi-strategi untuk pengembangan dan pengelolaan daya tarik wisata Candi Plaosan. Mereka cenderung pasif dan tidak terlalu peduli mengenai hal ini. Bahkan hanya beberapa orang yang memanfaatkan keuntungan dengan cara berjualan makanan dan menyediakan tempat parkir untuk para wisatawan yang datang berkunjung.

2. Keikutsertaan Para Pelaku/Stakeholder Involvement
Karena promosi obyek wisata Candi Plaosan masih sangat kurang, maka Candi Plaosan belum terlalu dikenal oleh masyarakat luas, pengelolaan dan pengembangan candi Plaosan hanya dipegang oleh pemerintah saja, seharusnya pemerintah mengajak LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), kelompok sukarelawan, asosiasi wisata, asosiasi bisnis untuk mengelola dan membangun obyek wisata ini agar berkembang, dalam hal ini keterlibatan para STAKE HOLDER benar-benar sangat dibutuhkan, karena pemerintah tidak dapat berjalan sendiri dalam pengelolaan dan pengembangan obyek wisata ini.

3. Kepemilikan Lokal
Pembangunan amenitas di daerah sekitar Candi Plaosan masih sangat kurang, bahkan belum dapat menyediakan lapangan pekerjaan yang berkualitas untuk masyarakat setempat. Fasilitas penunjang kepariwisataan seperti hotel, restoran juga sangat minim, hal ini dikarenakan obyek wisata tersebut selalu sepi, maka para investor tidak terlalu berminat menanamkan modal atau membuka usaha (hotel/restoran) di daerah sekitar obyek wisata Candi Plaosan karena sepi wisatawan.

4. Penggunaan Sumber Daya yang berkelanjutan
Dalam pembangunan obyek wisata Candi Plaosan, para STAKE HOLDER  harus dapat menggunakan sumber daya dengan berkelanjutan yang artinya kegiatan-kegiatannya harus menghindari penggunaan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui. Dalam pelaksanaannya, kegiatan pariwisata harus menjamin bahwa sumber daya alam dan buatan dapat dipelihara dan diperbaiki.

5. Mewadahi Tujuan-Tujuan Masyarakat
Karena obyek wisata Candi Plaosan belum berkembang, dalam hal ini seharusnya pemerintah mempunyai ide untuk mengajak masyarakat dan MEMINTA ide-ide dan saran-saran masyarakat dalam hal pengelolaan kegiatan pariwisata Candi Plaosan ke depannya. agar masyarakat menjadi lebih SADAR WISATA dan dapat berpartisipasi dalam pengelolaan dan pengembangan obyek wisata Candi Plaosan. Hal ini sangat penting untuk dilakukan, jika masyarakat sudah paham mengenai keuntungan dari pengelolaan dan pengembangan obyek wisata Candi Plaosan ini, maka masyarakat akan lebih mudah untuk diajak bekerjasama.

6. Daya Dukung
Dalam membangun amenitas dan aksesibilitas di obyek wisata Candi Plaosan, hendaknya para STAKE HOLDER mempertimbangkan daya dukung atau kapasitas lahan yang meliputi daya dukung fisik, alami, sosial dan budaya. Pembangunan dan pengembangan harus sesuai dan serasi dengan batas-batas lokal dan lingkungan.

 7. Monitor dan Evaluasi
Kegiatan monitor dan evaluasi dampak kegiatan wisata serta pengembangan indikator-indikator dan batasan-batasan dalam mengukur dampak pariwisata di obyek wisata Candi Plaosan masih sangat kurang dikarenakan sedikitnya wisatawan yang berkunjung.

8. Akuntabilitas
Perencanaan pengelolaan dan pengembangan di obyek wisata Candi Plaosan belum dapat memberikan kesempatan kepada para penduduk sekitar untuk mendapatkan pekerjaan, pendapatan dan perbaikan kesehatan masyarakat lokal. Karena minimnya pembangunan pariwisata di Candi Plaosan maka dalam hal pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam seperti tanah, air, dan udara di obyek wisata Candi Plaosan belum tereksploitasi. Tetapi jika pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam seperti tanah, air, dan udara meningkat maka dalam pemakaian sumber daya alam tersebut harus diawasi agar tidak tereksploitasi.

9. Pelatihan
Masyarakat sekitar Obyek wisata Candi Plaosan memang sangat membutuhkan pelaksanaan program-program pendidikan dan pelatihan untuk membekali masyarakat  dengan pengetahuan dan keterampilan (ketrampilan bisnis, vocational dan professional). Tetapi untuk sementara pengetahuan yang diberikan kepada masyarakat sekitar obyek wisata Candi Plaosan sebaiknya meliputi topik tentang pariwisata berkelanjutan saja / dikenalkan dengan dunia pariwisata, karena masyarakatnya belum siap jika diberi pelatihan mengenai manajemen perhotelan, restoran dsb.

10. Promosi
Dalam pembangunan obyek wisata Candi Plaosan hendaknya pemerintah melakukan promosi, promosi ini meliputi promosi penggunaan lahan dan kegiatan yang memperkuat karakter lansekap, sense of place, dan identitas masyarakat setempat untuk memperkenalakan Candi Plaosan, meanrik minat wisatawan untuk dating berkunjung dan menarik minat investor untuk menanamkan modal.

















BAB III
KESIMPULAN


            Candi Plaosan sebenarnya memiliki potensi yang sangat banyak, mulai dari bangunan bersejarahnya, keunikan arsitekturnya, aksesbilitasnya, dan juga kebudayaan masyarakat yang masih asli, namun dalam upaya pengembangan obyek wisata Candi Plaosan masih terkendala beberapa hal, yaitu pengembangan pariwisata yang belum merata, masyarakat sekitar yang belum SADAR WISATA, dan juga para investor yang belum mengetahui potensi dari obyek wisata Candi Plaosan. Dalam hal ini peran Pemerintah memang sangat penting dan sangat vital, karena pemerintah sebagai penggerak utama, mengajak para STAKE HOLDER untuk terjun langsung mengelola dan mengembangkan obyek wisata Candi Plaosan tentunya dengan menerapkan prinsip-prinsip Sustainable Tourism. Tak dapat dipungkiri, hingga saat ini konsep pembangunan Sustainable Tourism dianggap sebagai ‘resep’ pembangunan terbaik karena dapat mengoptimalkan dampak positif dari pariwisata dan juga meminilamalisir dampak negatif dari pariwisata.









DAFTAR PUSTAKA

A. Hari Karyono, 1997, Kepariwisataan, Grasindo, Jakarta

James Spillane, DR, 1987, PariwisataIndonesia: Sejarah dan Prospeknya, Kanisius, Yogyakarta